Aku di Usir dari Kontrakan

Sahabat IDMaspur yang kami hormati dimanapun anda berada, kali ini saya ingin menceritakan soal prahara dan badai kehidupan keluarga, setelah sebelumnya kita membahas tentang Template Blogger Mirip Shopee Sangat Cocok Untuk Jualan Online UMKM, ada baiknya kita juga harus peduli dari sebuah kisah nyata yang di alami saudara kita yang ada di indonesia.

Aku di Usir dari Kontrakan

Kisah nyata ini saya kutip dari sebuah berita online ternama detik.com, dimana ada sekeluarga yaitu pasangan suami istri yang memiliki 7 orang anak, dan semuanya kini tinggal dan tidur di pinggir jalan, dimana disana ada gerobak untuk menjual makanan atau di sebut angkringan.

Kisah inipun sudah banyak beredar hingga sampai kesalah satu forum ternama kaskus.co.id dengan judul Tread Pasutri-7 Anak Tinggal di Kolong Angkringan Setelah Diusir dari Kontrakan.

Cerita keluarga Cahyo Yulianto dan Wiwin Hariyati menjadi perhatian beberapa hari terakhir ini. Pasangan ini mengajak tujuh anaknya tinggal di kolong gerobak hik atau angkringan setelah diusir dari kontrakan. Dia biasa membuka lapaknya mulai pukul 06.00 WIB-03.00 WIB. Lapak angkringannya berada di area trotoar, sementara perkakas miliknya diletakkan di lahan kosong di depan SMPN 3 Kartasura, Sukoharjo, Jateng.

Gerobak hik atau angkringan milik Cahyo itu memiliki panjang sekitar 5 meter dengan lebar kurang dari 2 meter. Ada dua gerobak yang ditempatkan berjajar, ditambah satu meja lagi.

Lapak itu tak hanya digunakan untuk berjualan, sekarang juga sebagai rumah bagi keluarganya bernaung. Di bagian bawah meja hiknya itu menjadi tempat tidur seadanya bagi anak-anaknya yang masih kecil.

Terlihat ada tikar dan bantal yang menjadi tempat anaknya merangkai mimpi. Di bawah meja itu mereka juga harus berbagi dengan kotak kardus yang berisi pakaian.

Bagi Cahyo dan Wiwin tidur di warung hik memang sudah biasa, keduanya bahkan mengaku sudah enam tahun tidur di angkringan itu. Akan tetapi, bagi anak-anaknya, tidur baru dijalani empat hari terakhir.

Keluarga ini semula sempat tinggal di sebuah rumah kontrakan yang ada di Colomadu, Karanganyar. Akan tetapi lantaran tidak bisa membayar sewa mereka pun diusir dan terpaksa tinggal di lokasi jualan.

"Sebelumnya anak-anak tidurnya di rumah kontrakan yang ada di Colomadu, Karanganyar," urai Cahyo saat ditemui detikcom di lokasi jualannya, Kamis (16/9/).

Dari 13 anak pasangan itu, 2 di antaranya sudah berkeluarga dan tinggal terpisah. Dua anak lain ikut neneknya, dua lainnya lagi sudah bekerja dan memilih tinggal di lokasi bekerja.

Sedangkan 7 anak yang masih kecil-kecil setiap hari tinggal bersama Cahyo dan Wiwin. Mereka tidur di kolong meja angkringan.

"Sesekali 2 anak yang tinggal bersama neneknya juga datang, tapi yang pasti tidur bersama kami di sini setiap malam ya 7 anak itu," ujar Wiwin.

Selama tinggal di lokasi jualan, untuk kebutuhan mandi dan kakus mereka harus ke SPBU yang berjarak sekitar 200 meter dari warungnya.

"Untuk kesehariannya seperti mandi, mencuci saya harus ke SPBU yang dekat dari sini," ujarnya.

Berapa Penghasilan Perhari


Diceritakan bahwa untuk Penghasilan Cahyo dan Wiwin pun tak menentu. Jika beruntung mereka bisa mengantongi penghasilan kotor mencapai Rp 500 ribu sehari.

"Kalau penghasilan bersih paling hanya Rp 100.000, tapi tetap kami syukuri," timpal sang istri.


Anak Putus Sekolah Tanggungjawab siapa


Tak hanya menjadi keluarga miskin, beberapa anak-anak Cahyo dan Wiwin juga akhirnya banyak yang putus sekolah. Anak yang paling tua dan tinggal bersama mereka di warung HIK, hanya Kiki yang berusia 18 tahun dan diceritakan baru saja di PHK dari salah satu toko roti tempatnya bekerja.

"Saya tidak lulus SMP, kelas 2 putus sekolah karena tidak ada biaya. Terus nglamar (kerjaan) di toko roti dan bekerja tapi sudah di PHK, sekarang ikut bantu orang tua jualan," terang Kiki.


Tujuh anak ikut tinggal di warung hik itu di antaranya berumur 18, 15, 13, dan 12 tahun. Cahyo mengaku terpaksa membawa anak-anaknya tinggal di pinggir jalan raya yang dilintasi kendaraan berat dengan kecepatan tinggi itu.

"Baru empat hari ini anak-anak saya ajak ke sini, karena tidak ada tempat lain. Dulu punya rumah, tapi sudah dijual dan adanya cuma warung ini," tuturnya.


Tidur di Kolong Meja


Selain tidur di kolong meja yang bisa terisi 3 hingga sampai 4 orang anak, anak-anak Cahyo dan Wiwin juga ada yang tidur di kursi pembeli. Itu pun jika sedang tidak ada pembeli yang datang.

"Kalau malam anak-anak ada yang tidur di kursi, di kolong meja. Kalau saya sama suami tidur di kursi panjang. Anak-anak tidak ada yang mengeluh, saya bersyukur," imbuhnya.
Kepedihan dan kepahitan itu semakin dirasakan karena sejak empat hari yang lalu 7 anaknya juga ikut tinggal dan tidur bersama di lokasi yang kondisinya sangat terbatas itu.

Kain Penutup Dinding Sering Sobek


Ibu Wiwin menceritakan bahwa spanduk penutup bagian depan gerobak angkringannya sempat sobek ketika diterpa angin dari truk yang melintas dengan kecepatan tinggi.

"Spanduk yang menutup bagian depan pernah sobek karena ada truk yang lewat. Sobek jadi dua. Kalau kena angin (bagian dalam warung) kelihatan semua," ujar Wiwin


Selain itu, kondisi tenda yang menutup bagian warung juga sudah usang sehingga beberapa bagiannya rusak dan bocor saat diguyur hujan. "Kalau pas hujan ya bocor tendanya," ucapnya.

Untuk saat ini, Wiwin mengatakan, yang dibutuhkannya adalah tempat berteduh. Agar ketujuh anaknya itu bisa tinggal lebih nyaman dan tidak tidur di warung angkringan lagi.***

Hidup Adalah Ujian Untuk Menuju Akhirat


Secara pribadi saya turut prihatin, semoga dengan viralnya berita ini banyak orang-orang baik yang tergerak hatinya untuk turut memberikan uluran tangan. Terutama para pejabat yang gemar menggunakan momen beginian sebagai ajang tebar pesona di depan kamera wartawan. Gak apa-apalah, yang penting keluarga tersebut mendapatkan bantuan.

Membahas tentang kemiskinan tak akan ada habisnya, jujur terlalu berat ya kalau sekelas masyarakat awam seperti saya untuk membahasnya, namun saya hanya mampu membuat sebuah Opini untuk masalah ini.

Jadi pada kesempatan kali ini saya ingin mengulas dari sisi faktor banyak anak. saya tidak berani menyebut salah satu penyebab kemiskinan adalah banyak anak, tentu tidak bisa. Cuma saja kalau kita lihat di kehidupan nyata, khususnya keluarga yang berpenghasilan pas-pasan, banyaknya anak niscaya menjadi tanggungan mutlak yang mau tidak mau mesti dicukupi kebutuhannya.

Banyak Anak apakah Banyak Rezeki


"Banyak anak banyak rejeki" Sebuah ungkapan yang tak asing di telinga kita. Berisi pesan bahwa semakin banyak buat anak semakin banyak pula rejeki yang bakal berdatangan. Pemikiran ini dinilai muncul akibat adanya keyakinan bahwa semua anak terlahir bersama rejekinya masing-masing. Hmmm tapi sayang ya banyak yang mengartikan secara membabi buta, menelan mentah-mentah tanpa menggunakan nikmat Tuhan yang bernama akal.

Jodoh dan Rezeki itu memang diturunkan Allah Subhanahu wa ta'ala, tapi ya harus disambut dengan kerja nyata, nyambut gawe kata orang jawa. Kalau bikin anak sampai empat tapi penghasilan cuma cukup untuk dua anak, lalu kerjanya cuma gitu-gitu aja, penghasilan gak nambah-nambah, cuma berharap turun keajaiban, konyol itu namanya. Yang ada ntar malah nyusahin orang lain.

Cukup sekian dari saya dan Mohon maaf kalau ada hal yang kurang berkenan.
Terima kasih.



Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.