Hukum Membongkar Trik Perdukunan

Hukum Membongkar Trik Perdukunan

Hukum Membongkar Trik Perdukunan atau membuka kedok perdukunan yang sedang viral yang dilakukan oleh salah satu youtuber pesulap merah atau marcel radhival.

Dari berbagai permasalahan ini maka banyak timbul pertanyaan-pertanyaan dari berbagai netizen, contohnya sebagai berikut:

Ada sebagian orang yang membongkar trik para dukun dan menyingkap kebohongan mereka. Bagaimana menyikapi fenomena ini? Jazakumullah khayran.

Jawaban:

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, ash-shalatu was salamu ‘ala asyrafil anbiya wal mursalin, Nabiyyina Muhammadin wa ‘ala alihi wa shahbihi ajma’in. Amma ba’du.

Dalam Kitabut Tauhid karya Syaikh Shalih al-Fauzan, disebutkan kisah Ibnu Taimiyah yang membongkar trik dukun Ahmadiyah Rifa’iyyah atau dikenal dengan sekte Bathaihiyyah yang mengaku kebal api.

Disebutkan di sana: “Salah seorang Syaikh Bathaihiyyah berteriak, “Kami memiliki kesaktian ini dan itu”. Mereka mengaku memiliki keajaiban-keajaiban seperti tahan api dan lainnya, yang itu khusus dimiliki oleh sekte mereka.

Maka Syaikhul Islam berkata,

“Aku berkata kepada mereka dengan meninggikan suara dan dengan nada marah: Aku menantang semua orang Ahmadiyah di penjuru bumi yang mengaku tahan api, maka aku pun akan melakukan sebagaimana yang mereka lakukan. Siapa yang terbakar maka dia kalah dan baginya laknat Allah!”.

Kemudian aku katakan, ”Namun syaratnya, sebelum dibakar harus dimandikan dahulu badannya dengan cuka dan air hangat”. Salah seorang umara’ dan sebagian orang bertanya kepadaku mengapa harus ada syarat tersebut?

Aku berkata, “Karena mereka punya trik agar tahan api, yaitu mereka menggunakan minyak dari katak, kulit jeruk lemon, dan bubuk batu talek, untuk memperdayai orang-orang”.

Kemudian orang-orang Bathaihiyyah itu pun mengklaim mampu melakukannya.

Mereka berkata, “Aku dan engkau kita akan diselimuti oleh kain di tengah tanah lapang, setelah dilumuri oleh belerang!”.

Aku berkata, “Ayo!”. Mereka pun lantas akan membuka gamis mereka bersiap melakukannya.

Aku berkata, “Jangan dulu! Anda harus dimandikan dulu dengan cuka dan air hangat”.

Kemudian mereka pun mulai tampak ragu seperti biasanya.

Kemudian mereka berkata, “Siapa yang cinta kepada pemimpin maka tolong carikan kayu bayar!”.

Aku berkata, “Ini akan menunda pertunjukkan dan mencerai-beraikan penonton, tidak akan tercapai apa yang dimaksud! Api sudah dinyalakan, mari kita masukan tangan kita ke api setelah dimandikan cuka dan air hangat, siapa yang terbakar maka ia mendapat laknat Allah dan kalah”.

Ketika aku katakan demikian maka mereka pun mundur teratur.” (Majmu’ al-Fatawa, 11/446-465, dikutip dari Kitabut Tauhid lil Fauzan, hal. 37)

Baca juga: Perbedaan Syafakillah dan Syafakallah

Di antara pelajaran dari kisah ini adalah bahwa membongkar trik dukun boleh saja dan ada manfaatnya. Tapi perlu diperhatikan:

1. Hukum Membongkar Trik Perdukunan bukanlah hal yang jadi fokus utama. Yang jadi fokus utama adalah menyampaikan ilmu yang benar dari al-Quran dan as-Sunnah. Itulah yang jadi fokus para Nabi dan Rasul, serta para ulama seperti Ibnu Taimiyah. Beliau tidak sibuk membongkar trik para dukun.

Allah ta’ala berfirman:

وَمَا أَرْسَلْنَا مِن قَبْلِكَ مِن رَّسُولٍ إِلاَّ نُوحِي إِلَيْهِ أَنَّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ أَنَا فَاعْبُدُونِ

“Dan Kami tidak mengutus seorang rasul pun sebelum kamu, melainkan Kami wahyukan kepadanya bahwa tidak ada Ilah (yang haq) melainkan Aku, maka sembahlah Aku olehmu sekalian.” (QS. al-Anbiya: 25)

Dari Ibnu ‘Abbas radhiyallahu’anhuma ia berkata,

لَمَّا بَعَثَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – مُعَاذًا نَحْوَ الْيَمَنِ قَالَ لَهُ إِنَّكَ تَقْدَمُ عَلَى قَوْمٍ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ فَلْيَكُنْ أَوَّلَ مَا تَدْعُوهُمْ إِلَى أَنْ يُوَحِّدُوا اللَّهَ تَعَالَى فَإِذَا عَرَفُوا ذَلِكَ فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ فَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِى يَوْمِهِمْ وَلَيْلَتِهِمْ ، فَإِذَا صَلُّوا فَأَخْبِرْهُمْ أَنَّ اللَّهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ زَكَاةً فِى أَمْوَالِهِمْ تُؤْخَذُ مِنْ غَنِيِّهِمْ فَتُرَدُّ عَلَى فَقِيرِهِمْ ، فَإِذَا أَقَرُّوا بِذَلِكَ فَخُذْ مِنْهُمْ وَتَوَقَّ كَرَائِمَ أَمْوَالِ النَّاسِ

“Ketika Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam mengutus Mu’adz ke Yaman, Rasulullah bersabda padanya, ‘Sesungguhnya engkau akan mendatangi sebuah kaum Ahlul Kitab. Maka hendaknya yang engkau dakwahkan pertama kali adalah agar mereka mentauhidkan Allah ta’ala.

Jika mereka telah memahami hal tersebut, maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah mewajibkan mereka shalat lima waktu dalam sehari semalam. Jika mereka mengerjakan itu (shalat), maka kabarkan kepada mereka bahwa Allah juga telah mewajibkan bagi mereka untuk membayar zakat dari harta mereka, diambil dari orang-orang kaya di antara mereka dan diberikan kepada orang-orang fakir. Jika mereka menyetujui hal itu (zakat), maka ambillah zakat harta mereka, namun jauhilah dari harta berharga yang mereka miliki’.” (HR. Bukhari no. 7372 dan Muslim no. 19)

Syaikh Shalih al-Fauzan menjelaskan, “dari hadits yang mulia ini, dan juga barang siapa yang memperhatikan dakwah para Rasul yang disebutkan dalam al-Qur’an, dan juga barang siapa yang memperhatikan sirah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia dapat memahami manhaj dakwah ilallah. Dan ia akan memahami bahwa yang pertama didakwahkan kepada manusia adalah aqidah, yaitu mengajak mereka menyembah Allah semata dan tidak mempersekutukannya, serta meninggalkan semua ibadah kepada selain Allah, sebagaimana makna Laa ilaaha illallah.” (Al-Irsyad ilaa Shahihil I’tiqad, 17)

Referensi: konsultasisyariah.com

Tags

Post a Comment

0 Comments
* Please Don't Spam Here. All the Comments are Reviewed by Admin.